Senin, 18 Maret 2013

PEMBENIHAN LELE SANGKURIANG



Budidaya lele Sangkuriang dapat dibagi ke dalam dua segmen usaha, yaitu: Segmen usaha Pembenihan dan Segmen usaha Pembesaran. Alhamdulillah penulis sudah melangkah pada segmen usaha Pembenihan Lele Sangkuriang, untuk masuk ke segmen ini penulis sebelumnya mengikuti pelatihan di tempatnya “Sang Maestro” Abah Nasrudin selama 3 hari. Berbekal pengalaman itu penulis langsung terjun mempraktekan apa yang telah didapat selama pelatihan.

Indukan Lele Sangkuriang

            Indukan diperoleh langsung dari sumber indukan yang ada di kolamnya “Abah Nasrudin”, indukan ini telah dipelihara secara baik dan profesional sehingga terjamin kualitasnya dan sengaja dipilih indukan yang siap pijah.



Sumber indukan

Kolam Indukan

Sebelum mendatangkan indukan, penulis telah menyiapkan kolam induk yang sebelumnya telah dilakukan “penanganan khusus” seperti pengomposan dan lain-lain.  Kolam induk berukuran 5m x 3m x 1,5m (P x L x T) dengan ketinggian air 60 cm.


Kolam induk


Kolam Pemijahan
           
            Setelah kolam induk sudah selesai selanjutnya dibuat Kolam Pemijahan, sebagai media khusus untuk indukan memijah, Kolam Pemijahan berukuran 4m x 2m x 1m.



Kolam Pemijahan


Kolam Penetasan Telur
           
            Sebagai media pemeliharaan benih maka dibutuhkan Kolam Penetasan Telur, yang nantinya digunakan untuk penetasan telur dan pemeliharaan larva hingga berukuran benih siap tebar. Kolam Penetasan Telur berukuran 4m x 3m x 0,5m (P x L x T) dengan ketinggian air 20cm.



Kolam Penetasan


Kakaban

            Selanjutnya dibutuhkan juga Kakaban sebagai media tempat menempelnya telur, kakaban dibuat dengan bahan dari Ijuk, ukuran kakaban 1,5 m (panjang) dengan lebar ijuk sekitar 40 cm.



Kakaban


            Sebelum digunakan kakaban harus bersih dari kotoran dan debu, bersihkan kakaban dengan cara merendam dan membilasnya dengan air bersih diulang beberapa kali.



Membersihkan kakaban


Pelaksanaan Pemijahan

            Kini semua persiapan telah selesai tinggal pelaksanaan pemijahan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, seperti:
-          Seleksi induk;  dibutuhkan indukan yang memenuhi kriteria tertentu seperti umur indukan, asal usul indukan, indukan harus sehat, bobot/ ukuran indukan dan tentunya indukan harus siap memijah.
-          Persiapan air; air yang digunakan harus air bersih terhindar dari pencemaran.
-          Pemijahan dilakukan secara alami bukan disuntik, ini dilakukan supaya benih yang dihasilkan benar-benar benih yang unggul dan sehat.
-          Setelah semua persiapan sudah selesai selanjutnya memindahkan indukan pada kolam pemijahan, dilakukan dengan hati-hati dengan penuh kasih sayang supaya indukan tidak stress. Biasanya sore hari indukan dipindahkan maka malam harinya indukan akan memijah dan pagi hari telur sudah memenuhi kakaban.



Persiapan pemijahan





  

Induk selesai memijah





Pagi hari telur telah menempel pada kakaban


Pemeliharaan Larva
           
            Setelah telur menempel pada kakaban selanjutnya dipindahkan pada kolam khusus untuk penetasan, biasanya pemindahan dilakukan pada sore hari, maka besoknya pagi-pagi telur sudah menetas. Larva yang baru menetas akan mampu bertahan selama 4 hari dengan memakan kuning telur bawaannya, setelah itu larva harus diberikan pakan berupa cacing sutra. Seiring perkembangannya larva akan diberikan pakan yang bermacam-macam jenis dan ukurannya hingga mencapai ukuran benih siap tebar, biasanya sampai dengan ukuran 4-6 cm.





Kolam Pemeliharaan Larva




 

Larva Umur 4  Hari

  


 

Larva Umur 16 Hari

  


Penyortiran Benih

Adalah kegiatan seleksi benih sesuai ukuran yang diharapkan secara merata, tujuannya yaitu untuk mendapatkan ukuran benih yang seragam sehingga dapat menghindarai adanya ukuran benih yang lebih besar karena bisa memangsa benih yang lebih kecil. Kita tahu bahwa lele adalah jenis ikan yang sering memangsa sesamanya (kanibal) apabila kekurangan pakan atau kondisi lapar. Penyortiran benih dilakukan dengan menggunakan baskom khusus seperti pada gambar dibawah:





Bak Sortir



 


Teknik Sortir

 
 



Penyortiran Benih


Pengemasan Benih

Benih yang telah disortir selanjutnya ditampung pada wadah berupa jerigen plastic atau drum plastik, penulis memilih menggunakan jerigen plastic/ drum plastik untuk menghindari kerusakan pada benih karena tekstur jerigen plastik sangat licin, jika wadah yang digunakan bertekstur kasar maka dikhawatirkan dapat melukai tubuh lele dan luka tersebut dapat menjadi “pintu masuk” bagi virus atau penyakit.
Mengingat jarak yang ditempuh saat pengangkutan benih kadang cukup jauh, maka perlu adanya perlakuan, pada metoda pembesaran secara organik ini penulis tidak menggunakan gas sebagai media pengangkutan, tetapi menggunaka ramuan yang dituangkan pada jerigen. Ramuan ini untuk kalangan petani asuhan Pak Nasrudin dikenal dengan istilah “rinso”, tetapi rinso yang dimaksud tentu bukan deterjen.



 


Ramuan “rinso”





Pengangkutan benih



Setelah jerigen/ drum plastik sudah diisi dengan ramuan tersebut, selanjutnya benih dihitung dan dimasukan secara perlahan. Kini benih dalam jerigen siap diangkut ke tempat pembesaran dengan aman, meskipun perjalanan jarak jauh. Sebaiknya distribusi benih dilakukan pada pagi hari atau sore hari, untuk menghindari suhu panas akibat terik matahari.


Harga Benih
           
Umumnya petani yang melakukan segmen usaha Pembesaran menggunakan ukuran benih bermacam-macam, tetapi pada umumnya benih yang siap untuk dibesarkan mulai pada ukuran 4-6 cm, adapun berikut ini daftar harga benih di farm yang kami kelola:

-          4-6 : Rp. 150
-          5-7 : Rp. 175
-          6-8 : Rp. 200
-          7-9 : Rp. 225


 Benih Siap Panen



SEJARAH LELE SANGKURIANG



Ikan Lele jenis ini adalah hasil cross back (silang balik) yg dilakukan oleh Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi. Ini dilakukan karena Ikan Lele Dumbo yg diintroduksi tahun 1985 dari Afrika Selatan telah banyak mengalami penurunan kualitas akibat perkawinan sekerabat "inbreeding", seleksi induk yang salah atas penggunaan induk yang berkualitas rendah. Penurunan kualitas ini dapat diamati dari karakter umum: matang gonad, derajat penetasan telur, pertumbuhan harian, daya tahan terhadap penyakit dan nilai FCR (Feed Convertion Rate).
Akhirnya BBPBAT Sukabumi melakukan "pemurnian" dengan mengawinkan Lele Dumbo betina F2 (generasi ke2) yg dulu diintroduksi dari Afsel dengan pejantan F6 (generasi ke 6) yg masih keturunannya. Secara resmi Lele Jenis ini telah direlease oleh Menteri Kelautan dan Perikanan, dengan Nomor Kepmen KP 26/Men/2004 tanggal 21 juli 2004 sebagai jenis unggulan.
Nah, peristiwa ini diilhami dari cerita Rakyat Jawa Barat tentang sasakala Tangkuban Perahu, dikisahkan bahwa Dayang Sumbi (ibunya) ingin dinikahi Sangkuriang (anaknya), inilah awal mula munculnya istilah Lele Sangkuriang.

Perkembangan Lele Sangkuriang tidak lepas dari peran seorang petani yang telah berhasil menciptakan "model" budidaya alami berbasis Organik, adalah Bapak Haji Nasrudin, atau lebih dikenal sebagai Abah Nas yang bermarkas di Kp. Sukabirus, Gadog, Kab Bogor telah berhasil melakukan budidaya lele jenis ini secara efektif dan praktis. Di pasaran saat ini telah beredar buku karangan beliau dengan judul "Jurus Sukses Berternak Lele Sangkuriang".

Saat ini bisnis Lele Sangkuriang sangat potensial dengan pasar yg sangat terbuka lebar, selain cepat besar harganya juga bagus.